JAKARTA, (Tribunekompas)
By: Parman.
- Maraknya spanduk Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo yang mejeng di berbagai sudut ibukota, dipertanyakan banyak pihak. Yang dipertanyakan terutama sumber dana pembuatan spanduk tersebut.
Indonesian Bureaucracy and Service Watch (IBSW) atau Pemantau Birokrasi dan Pelayanan Publik Indonesia mempertanyakan sumber dana sosialisasi Foke, sapaan Fauzi, karena hampir di setiap unit pelayanan publik terpampang spanduk atau reklame bergambar pria berkumis itu dengan mengatasnamakan forum atau lembaga di luar institusi Pemprov.
“Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta wajib menjelaskan secara transparan kepada publik Jakarta tentang asal dana pemasangan spanduk atau reklame yang bergambar diri Fauzi Bowo maupun iklan-iklan di radio. Apakah berasal dari dana pribadi Foke atau dari anggaran pemprov,” tanya Ketua IBSW Nova Andika di Jakarta.
Dia mengaku khawatir, terhadap kemungkinan penyalahgunaan wewenang gubernur dan institusi Pemprov untuk kepentingan pribadi gubernur incumbent itu.
Seperti diketahui, Pilkada DKI Jakarta akan digelar tahun depan. Dengan demikian, ajang pemilihan orang nomor satu di Jakarta sangat penting. Termasuk dalam langkah antisipasi dengan segala persiapan matang oleh gubernur yang memimpin ibukota kini di akhir periode kepemimpinannya. Tujuan utamanya, jelas untuk melanggengkan kekuasaan.
Dari data dan fakta di lapangan yang dihimpun IBSW, banyak tempat yang mestinya tidak diperbolehkan dipasang spanduk, malah dipasang spanduk yang bermuatan politis.
Seperti sekolah, rumah peribadatan seperti mushola dan masjid. Pihaknya ingin kejelasan, apakah dana itu berasal dari pribadi Foke atau anggaran Pemprov.
Pasalnya, spanduk atau reklame itu mengatasnamakan forum atau lembaga di luar institusi Pemprov. Dia menolak tegas kemungkinan penyalahgunaan wewenang gubernur dan institusi Pemprov untuk ambisi dan kepentingan pribadi oleh Foke.
“Tak salah bila publik menilai Foke berambisi sangat kuat kembali berkuasa pada periode 2012-2017. Ini sah-sah saja. Namun tendensi malpraktek penggunaan fasilitas pemprov secara masif, dengan kemasan yang seakan membawa pesan institusi Pemprov luntur, dinisbikan dengan muatan kepentingan pribadi agar dapat dipilih kembali memimpin Jakarta yang sangat mencolok,” semprot Nova.
Dia berharap, publik Jakarta melihat secara jeli, karena sebagian besar warga ibukota adalah masyarakat terdidik yang mayoritas mengenyam pendidikan lebih tinggi.
Selain Bang Kumis, julukan Foke, ada sosok yang tampil dalam pra-kampanye menuju DKI-1 lewat spanduk yang dipenuhi figur selebritas hingga politisi. Seperti Tantowi Yahya, politisi Partai Golkar Aziz Syamsuddin dan Prya Ramadani, sampai Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta Nachrowi Ramli. Termasuk pengusaha dan Ketua Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama (NU) DKI Jakarta Djan Faridz.
Anggota Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) DKI Sumarno menerangkan, pihaknya harus sudah menyiapkan aturan dan tata tertib kampanye delapan bulan, sebelum menggelar Pilkada DKI 2012.
Dia juga mengomentari soal pemasangan baliho atau spanduk bakal calon DKI 1 yang akan maju saat Pilkada 2012. Menurutnya, hal itu masih wajar dan sah-sah saja, karena hingga kini belum ada ketetapan peraturan mengenai hal tersebut.
Sebelumnya, ratusan anggota Komite Aksi Mahasiswa Untuk Reformasi dan Demokrasi (Kamerad) menggelar demo di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta.
Dalam aksinya, pendemo meminta Ketua KPK Busyro Muqoddas mengusut sumber dana sosialiasi kampanye bakal calon (balon) Gubenur DKI Jakarta yang berlatar pejabat dan penyelenggara negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar