JAKARTA, (Tribunekopas)
By: Tommy.
- Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) mengklaim tingkat penyalahgunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sudah berkurang. Namun, data itu dipertanyakan sejumlah kalangan.
Kepala BPH Migas Tubagus Haryono menyatakan, penyalahgunaan BBM bersubsidi tahun ini cenderung menurun dibanding tahun lalu.
“Tahun ini relatif menurun penyalahgunaannya. Kalau tahun lalu bahkan dua tahun lalu sampai 500-an kasus, kemudian berkurang menjadi 300. Tahun ini tidak sampai 200 kasus,” ujar Tubagus.
Berkurangnya penyalahgunaan BBM tersebut, menurutnya, dipengaruhi oleh operasi dan pengawasan terus menerus yang dilakukan BPH Migas bekerja sama dengan pihak terkait lain.
Selain itu, Tubagus mengaku sudah membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan, Penyalahgunaan, Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi (TKP4 BBM).
Berdasarkan data BPH Migas, sejak 1 Januari hingga 30 September 2011, realisasi BBM bersubsidi sudah mencapai 30.767.194 KL (kiloliter) atau 102,6 persen lebih tinggi dibanding kuota bulan yang sama.
Premium, realisasi konsumsi 18.801.280 KL dari kuota yang ditetapkan 24.539.000 KL atau sudah 76,62 persen yang terdistribusi. Untuk solar, realisasi konsumsi 10.628.474 KL dari jumlah kuota 14.155.000 KL atau sudah 75,09 persen yang terdistribusi.
Kerosene atau minyak tanah, untuk realisasinya sudah mencapai 1.337.440 KL dari kuota yang ditetapkan 1.800.000 KL atau sudah 74,3 persen yang terdistribusi.
Untuk diketahui, total kuota BBM bersubsidi berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2011 sebesar 40,49 juta KL.
Terkait dengan kelebihan tersebut, Tubagus mengatakan, pihaknya akan mencoba terus menekan kelebihan distribusi BBM bersubsidi tersebut.
Dia berpendapat, jika kelebihan itu diakibatkan penyalahgunaan, pihaknya akan bertindak. Tapi, kalau akibat peningkatan konsumsi yang signifikan akibat bertambahnya kendaraan bermotor atau akibat infrastruktur yang kurang memadai, itu di luar kendali BPH Migas.
“Sepanjang itu di bawah kendali BPH Migas kita akan terus lakukan pengawasan,” janjinya.
Tubagus mengatakan, tanpa melakukan upaya-upaya pengawasan konsumsi BBM akan melebihi kuota. Selain masalah penyalahgunaan, kelebihan konsumsi juga diakibatkan tingginya disparitas harga antara BBM bersubsidi dengan non subsidi. Kondisi ini menyebabkan beralihnya pengguna pertamax ke premium.
Anggota Komisi VII DPR Sohibul Iman mengatakan, seharusnya penurunan penyalahgunaan BBM bersubsidi dibarengi dengan terpenuhinya target kuota BBM yang telah ditentukan pemerintah dan DPR. “Kita meminta BPH Migas untuk melakukan pengawasan,” katanya.
Sohibul mengatakan, masih terjadinya penyelundupan BBM disebabkan tingginya disparitas harga antara pertamax dan premium. Sebab itu, pihaknya mempertanyakan data BPH Migas tersebut.
Apalagi, saat ini harga pertamax terus mengalami kenaikan yang menyebabkan penggunanya beralih menggunakan premium. Untuk mencegah hal tersebut, pemerintah sebaiknya segera melakukan pengaturan.
Hal yang sama disampaikan pengamat migas dari Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano. Dia juga mempertanyakan data BPH migas soal berkurangnya angka penyalahgunaan BBM bersubsidi.
“Jika penyelundupan berkurang harusnya konsumsi BBM bersubsidi bisa ditekan,” ujarnya.
Namun, lanjutnya, yang terjadi saat ini konsumsinya masih tinggi dan sudah melebihi kuota yang ditetapkan. Menurut Sofyano, jika penyelundupan berkurang, mengapa dalam APBN-P kuotanya ditambah.
Ia juga mempertanyakan, apakah angka penurunan jumlah penyalahgunaan itu termasuk di daerah tambang dan industri. Sebab, kedua daerah tersebut paling tinggi tingkat penyelewengannya. “Apalagi Menteri ESDM pernah bilang tingkat penyalahgunaan BBM subsidi tahun ini masih tinggi,” katanya.
Untuk diketahui, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Darwin Zahedy Saleh menyalahkan industri pertambangan dan perkebunan yang menjadi pelaku penyelewengan BBM bersubsidi.
“Penyelewengan masih terjadi karena mereka yang menurut Undang-Undang sebenarnya tidak berhak atas BBM bersubsidi, terutama dari industri pertambangan dan perkebunan masih membeli dengan menggunakan truk, jerigen dan sebagainya,” ujar Darwin.
Menurutnya, penindakan penyelewengan BBM subsidi akan menjadi fokus utama agar kuotanya tidak melebihi kuota yang ditetapkan. Selain itu, pihaknya juga akan bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri serta memberdayakan peran Pemerintah Daerah (Pemda).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar