JAKARTA, (Tribunekompas)
By: Rangga.
- Klaim Pemprov DKI bahwa pengangguran di ibukota sudah turun dipertanyakan. Pejabat Pemprov DKI DKI Jakarta disarankan turun langsung ke lapangan.
Hal ini dinyatakan pengamat sosial dari Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) Marlo Sitompul. “Agar data tersebut jangan hanya retorika. Data tersebut abstrak karena di lapangan masih banyak kok pengangguran di Jakarta,” katanya,kepada Tribunekompas, semalam.
Menurut Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans), mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), penanganan pengangguran di Jakarta mulai menunjukan penurunan. Hal tersebut terlihat, dengan berkurangnya angka pengangguran di Jakarta sebanyak 0,03 persen. Dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) DKI Jakarta selama Februari- Agustus 2011 mencapai 10,80 persen dari jumlah angkatan bekerja 5,14 juta.
Artinya, angka pengangguran menurun sebesar 0,03 persen dibandingkan jumlah TPK pada Februari 2011 yang mencapai 10,83 persen. TPT merupakan indikator yang menggambarkan persentase angkatan kerja yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan atau mempersiapkan suatu suaha.
Marlo minta, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dalam mengatasi pengangguran, jangan hanya jago bicara. “Jangan mengikuti data BPS saja, lihat secara nyata di lapangan,” cetusnya.
Dia juga menegaskan, jika rencana yang sudah diprogramkan Disnakertrans berjalan dengan baik, tentunya akan sangat membantu masalah pengangguran di Jakarta. Karena hal ini dia nilai bisa membuat orang menjadi kreatif dan memiliki keahlian. Dengan demikian juga bisa dipromosikan ke industri-industri, usaha kecil menengah (UKM), bahkan bisa membuka usaha sendiri seperti home industry.
“Ini harusnya yang menjadi perhatian pemprov, mengajarkan orang kepada usaha yang lebih mandiri dan bisa menyediakan modal usaha,” jelasnya.
Karena itu, lanjut Marlo, dia tak ingin terlalu jauh menilai rencana Pemprov DKI itu. Dia menyatakan masih menunggu, apakah rencana tersebut bisa dilaksanakan sesuai rencana.
Dia mengingatkan pemprov, agar tidak mudah mengklaim jumlah pengangguran di Jakarta menurun. Karena laju masyarakat di Jakarta menurutnya terus meningkat. Ditambah lagi usai Ujian Nasional (UN), dimana adanya lulusan SMA, yang tentunya turut menciptakan pencari kerja baru, dan pengangguran baru. Terutama bagi mereka yang tidak mendapatkan pekerjaan dan tidak melanjutkan ke tingkat kuliah.
“Jadi setiap tahun di Jakarta akan mendapatkan tenaga-tenaga kerja baru dan pengangguran baru,” ujarnya.
Marlo berharap agar penyelesaian pengangguran ini tidak hanya diselesaikan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DKI Jakarta saja. Namun semua pihak harus bergerak, mulai dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Pendidikan DKI, Dinas Sosial maupun UKM. “Agar jumlah pengangguran ini bisa ditekan dan harus jadi komitmen bersama. Pada prinsipnya,” urainya.
Berkaitan hal ini, pengamat tenaga kerja Zainal Abidin menyatakan, pengangguran terjadi karena timpangnya program pembangunan antara ibukota dengan daerah. Hal ini membuat warga di daerah berbondong-bondong ke Jakarta untuk mencari nafkah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar