Selasa, 08 November 2011

Pengangguran DKI Di Klaim Turun..?

JAKARTA, (Tribunekompas)
By: Rangga.


- Klaim Pemprov DKI bahwa pengangguran di ibukota sudah turun dipertanyakan. Pejabat Pemprov DKI DKI Jakarta disarankan turun langsung ke lapangan.

Hal ini dinyatakan pengamat sosial dari Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) Marlo Sitom­pul. “Agar data tersebut jangan ha­nya retorika. Data tersebut abstrak ka­rena di lapangan masih banyak kok pengangguran di Jakarta,” kata­nya,kepada Tribunekompas, semalam.

Menurut Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnaker­trans), mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), penanga­nan pe­ngangguran di Jakarta mulai me­nun­jukan penurunan. Hal terse­but terlihat, dengan berkurangnya ang­ka pengang­guran di Jakarta sebanyak 0,03 persen. Dari Tingkat Pengang­guran Terbuka (TPT) DKI Jakarta selama Fe­bruari- Agustus 2011 mencapai 10,80 persen dari jumlah ang­katan bekerja 5,14 juta.

Artinya, angka pengangguran me­nurun sebesar 0,03 persen diban­dingkan jumlah TPK pada Fe­bruari 2011 yang mencapai 10,83 persen. TPT merupakan indi­kator yang menggambarkan per­sentase angkatan kerja yang tidak bekerja dan sedang mencari pe­kerjaan atau mempersiapkan suatu suaha.

Marlo minta, Pemerintah Pro­vinsi (Pemprov) DKI Jakarta da­lam mengatasi pengangguran, ja­ngan hanya jago bicara. “Jangan mengikuti data BPS saja, lihat se­cara nyata di lapangan,” cetusnya.

Dia juga menegaskan, jika ren­cana yang sudah dipro­gram­kan Disnakertrans berjalan dengan baik, tentunya akan sangat mem­bantu masalah pengangguran di Jakarta. Karena hal ini dia nilai bi­sa membuat orang menjadi kreatif dan memiliki keahlian. De­ngan demikian juga bisa dipro­mosikan ke industri-industri, usaha kecil menengah (UKM), bahkan bisa membuka usaha sendiri seperti home industry.

“Ini harusnya yang menjadi perhatian pemprov, mengajarkan orang kepada usaha yang lebih mandiri dan bisa menyediakan modal usaha,” jelasnya.

Karena itu, lanjut Marlo, dia tak ingin terlalu jauh menilai ren­cana Pemprov DKI itu. Dia me­nyatakan masih menunggu, apa­kah rencana tersebut bisa dilak­sanakan sesuai rencana.

Dia mengingatkan pemprov, agar tidak mudah mengklaim jum­lah pengangguran di Jakarta menurun. Karena laju masyarakat di Jakarta menurutnya terus me­ningkat. Ditambah lagi usai Ujian Na­sional (UN), dimana adanya lulu­san SMA, yang tentunya turut men­ciptakan pencari kerja baru, dan pengangguran baru. Ter­uta­ma bagi mereka yang tidak men­da­patkan pekerjaan dan tidak me­lanjutkan ke tingkat kuliah.

“Jadi se­tiap tahun di Jakarta akan men­dapatkan tenaga-tenaga kerja baru dan pengangguran baru,” ujarnya.

Marlo berharap agar penyele­saian pengangguran ini tidak hanya diselesaikan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DKI Jakarta saja. Namun semua pihak harus bergerak, mulai dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Pendidikan DKI, Dinas Sosial maupun UKM. “Agar jumlah pengang­guran ini bisa ditekan dan harus jadi komitmen bersama. Pada prin­sipnya,” urainya.

Berkaitan hal ini, pengamat tenaga kerja Zainal Abidin menyatakan, pengangguran ter­jadi karena timpangnya program pembangunan antara ibukota dengan daerah. Hal ini membuat warga di daerah berbondong-bon­dong ke Jakarta untuk men­cari nafkah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar