Selasa, 29 November 2011

Wilayah Miskin Dicuekin Pemprov

JAKARTA, (Tribunekompas)
By: Parman.


- Gara-gara banjir pasang (rob) melanda Pluit, tanggul di Muara Karang, Jakarta Utara kembali jebol. Meski langganan dilanda banjir sejak enam tahun silam, Pemprov DKI dinilai tak serius mengamankan kawasan miskin ini.

Menanggapi fenomena ter­sebut, pengamat perkotaan Ya­yat Supriyatna menyarankan, Pe­me­rintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta segera menetapkan zona ra­wan bencana banjir.

Dengan de­mikian, arah kebi­jakan pe­na­nganan dan antisipasi banjir dalam waktu dekat bisa diten­tukan. “Daerah tersebut me­mang ra­wan banjir rob, pemprov ha­rusnya tanggap,” katanya kemarin.

Menurut Yayat, pembentukan zona itu sangat penting karena ba­nyak bangunan penting yang menyangkut kesejahteraan hi­dup bu­kan hanya warga DKI Jakarta, tapi juga warga di luar ibukota.

“Beberapa pembangkit listrik ada­nya di wilayah Utara Jakarta. Ini harus diantisipasi dari gang­guan genangan air atau banjir. Jika terganggu, juga meng­gang­gu masyarakat Jakarta dan luar Ja­karta,” ucapnya.

Sejumlah kasus meluasnya banjir dan genangan air di bebe­rapa lokasi, tambah Yayat, seha­rusnya dijadikan indikasi adanya ancaman yang lebih besar. Selama ini, memang sudah ada sederet kebijakan berkaitan penanganan banjir ini. Seperti ditinggikannya jalan tol menuju bandara Soe­kar­no-Hatta, pem­ba­ngunan tang­gul di Muara Angke, serta pem­ba­ngunan tanggul di Cilin­cing.

“Itu menunjukkan, wila­yah Utara Jakarta rawan ben­cana. Ji­ka tidak diantisipasi, wi­layah itu akan tenggelam,” ujarnya.

Yayat menjelaskan, jebolnya tanggul tersebut tidak perlu ter­jadi jika Pemprov DKI cepat tang­gap. Dia menilai, selama ini pem­prov selalu terlambat me­nga­tasi suatu masalah.

Seringkali Pemprov DKI ber­alasan, banjir rob terjadi karena faktor cuaca global yang mem­per­buruk kon­disi Jakarta. Padahal yang se­benarnya, kata Yayat, je­bolnya tanggul itu terjadi karena sudah terlalu lama diabaikan.

Berbeda jika kasus itu terjadi di kawasan strategis, lanjutnya lagi, seperti di Jalan Sudirman, Ja­lan MH Thamrin dan Jalan Sa­bang. “Tentu akan cepat disele­saikan. Juga jika banjir me­landa jalur lalu lintas ruas tol Sedyat­mo (bandara Soekarno-Hatta).

Padahal, kata Yayat, dae­rah Utara sejak enam tahun lalu su­dah kerap dilanda banjir rob. Di saat yang sama, kawasan ini me­nurutnya juga punya potensi eko­nomi sebagai daerah pesisir.

“Inilah nasib daerah-daerah pinggiran. Karena terjadi di per­kampungan kumuh dengan taraf hidup warga miskin, pena­nganan­nya sangat lambat,” ujarnya miris.

Sebelumnya diberitakan, aki­bat tanggul jebol, kawasan Pen­jaringan dan Cilincing Jakarta Utara, dilanda banjir akibat air laut pasang (rob). Akibat pem­ba­ngunan tanggul yang belum se­lesai di Pantai Marunda, se­dikit­nya 200 rumah terendam rob di Cilincing.

Penyebab lain, juga karena Perusahaan Listrik Negara (PLN) melubangi tanggul di kawasan Muara Karang Penja­ri­ngan. Ke­tinggian rob yang me­ner­jang ka­wasan pinggir laut di Cilin­cing dan Penjaringan, Jakarta Utara itu berkisar antara 40 sen­timeter hingga satu meter. Akti­vitas war­ga pun terganggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar