Jumat, 30 September 2011

Dahsyatnya Media Sosial Online

JAKARTA, (Tribunekompas)
By: Anto.


- Media sosial adalah sebuah kekuatan baru. Melalui media sosial, orang dengan mudah menghimpun massa dari berbagai kalangan yang berpandangan sama.

Di Timur Tengah, misalnya, media sosial seperti Twitter terbukti ampuh dalam menghimpun massa dan digunakan sebagai alat penggerak revolusi. Di Indonesia, pernah ada gerakan Seribu Koin untuk Prita melalui Facebook. Ada juga gerakan Satu Juta Facebooker Mendukung Cicak Lawan Buaya.

Fenomena menggerakkan massa melalui media sosial tergolong dahsyat. Inilah sebuah kekuatan baru yang lahir di era serbadigital. Berkat media sosial pulalah kini tumbuh subur komunitas online. Komunitas ini umumnya terkotak-kotak atas kepentingan dan tujuan yang sama.

“Ada tumbuh kesadaran bahwa tidak perlu menunggu pemerintah untuk membuat perubahan,” kata Enda Nasution, narablog veteran Indonesia di sela acara “Social Media Festival” di Jakarta, akhir pekan lalu.

Indonesia tak bisa dipandang remeh soal penggunaan jejaring atau media sosial, seperti Facebook dan Twitter. Ada 40,4 juta pengguna Facebook di Indonesia. Jumlah ini merupakan yang tertinggi kedua di dunia. Sedangkan untuk Twitter, hingga Juni lalu, tercatat ada 5,6 juta akun.

Faktor lain yang mendorong membanjirnya pengguna media sosial di Tanah Air, menurut Enda, lantaran semakin mudahnya membuat grup. Kini sudah banyak perangkat bergerak yang memungkinkan hal tersebut. Selain itu sifat masyarakat Indonesia yang guyub atau suka bergaul juga menjadi faktor pendorong.

Salah satu bukti nyata tecermin dalam acara “Social Media Festival” yang digagas Salingsilang.com dan Daily Social. Acara ini menuai sukses besar.

Jumlah pengunjung acara yang berlangsung selama tiga hari di sebuah pusat belanja di Jakarta ini pun melampaui target dari 30 ribu menjadi 45 ribu orang. “Jumlah booth terus bertambah dari 69 menjadi 83 booth karena banyaknya peminat,” ujar Syarief Hidayatullah, ketua panitia dari Salingsilang.com.

Pada saat yang sama, festival media sosial yang pertama kali digelar ini juga diadakan di Yogyakarta, Semarang, Palu, dan Medan, dalam skala yang lebih kecil. Komunitas online yang yang hadir antara lain Blood for Life, Indonesia Berkebun, The Hermes, Radio Komunitas Twitter Indonesia, KeluaRumah, Respecta, Fiksi Mini, dan Parkour Indonesia. Ada pula komunitas Bike to Work, Backpacker, dan Jalin Merapi.

Selain pemaparan aktivitas tiap komunitas, ada acara “Acer Iconia Hack Day” yang menantang para pengembang software membuat aplikasi berbasis Android Honeycomb.

Arif Rahman, anggota komunitas Fiksi Mini, menyambut baik kegiatan ini. Ia berharap acara seperti ini tetap digelar pada tahun-tahun mendatang. “Kami bisa saling bertemu dengan komunitas lain yang sebelumnya hanya berhubungan lewat jejaring sosial,” ujarnya.

Menurut Enda, masa depan media sosial ataupun komunitas online di Indonesia masih akan cerah. Hanya, kata dia, pemerintah harus ikut serta untuk memajukan, semisal dengan meningkatkan infrastruktur jaringan Internet, yang saat ini masih jauh tertinggal dari negara lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar