Senin, 12 September 2011

Kemarau di Jabodetabek hingga Akhir September

JAKARTA, (Tribunekompas)
By: Parman.


- Kepala Pusat Perubahan Iklim, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Edvin Aldrian, mengatakan musim kemarau di Jakarta dan sekitarnya akan berlangsung hingga akhir September. "(Itu pun) hujan masih turun secara sporadis," katanya kemarin. Musim hujan yang sebenarnya baru akan tiba pada akhir Desember.

Saat ini kekeringan terjadi hampir di seluruh wilayah Jakarta dan sekitarnya. Bahkan warga Bekasi, Tangerang, dan Bogor mengalami krisis air. Sekitar 48 ribu hektare lebih area persawahan di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, mengalami kekeringan. Air waduk Jatiluhur, Purwakarta, yang mengalir melalui Kali Tarum Barat terus menyusut sejak memasuki musim kemarau. Wilayah paling parah terjadi di bagian selatan, seperti Kecamatan Cibarusa, Cikarang Selatan, Serang Baru, dan Kecamatan Setu.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi Bambang Sulaksana mengatakan saluran irigasi sawah di 23 kecamatan di Kabupaten Bekasi sudah kering. Untungnya, kata Bambang, petani telah memanen padi sebelum masuk musim kemarau beberapa waktu lalu.

"Harus segera ada langkah agar saluran sawah tetap teraliri air," kata Bambang kemarin. Solusi yang akan dilaksanakan adalah memompa air Kali Tarum Barat dan disalurkan ke irigasi.

Debit air beberapa sungai di Tangerang juga menyusut dalam tiga bulan terakhir. Produksi air bersih di Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Tangerang Tirta Kertaraharja terancam. Padahal sekitar 8.400 pelanggan bergantung pada produksi air bersih perusahaan pelat merah itu.

"Penyusutan debit Sungai Cisadane dan Sungai Cidurian mengancam terhentinya produksi air bersih di wilayah barat dan utara," ujar Kepala Cabang Balaraja PDAM Tirta Kertaraharja Bambang Suryadi. Sungai Cidurian adalah pemasok utama air baku untuk produksi di wilayah barat yang meliputi Kecamatan Balaraja, Tigaraksa, dan Cisoka.

Kapasitas produksi air bersih turun dari 100 liter per detik menjadi 90 liter per detik. "Air baku sungai sudah bau dan berwarna hijau, lebih banyak alganya ketimbang airnya." Pelanggan pun, kata Bambang, mengeluh karena volume air bersih yang sampai ke rumah kecil dan bau.

Jika kondisi ini berlanjut dalam satu atau dua pekan ke depan, Bambang memperkirakan produksi air bersih terancam terhenti.

Sedangkan penyusutan debit Sungai Cisadane mempengaruhi produksi air bersih di Kecamatan Teluk Naga, Kosambi, Pakuaji, dan Mauk. Namun penyusutan air itu belum berpengaruh terhadap produksi air bersih untuk 23 ribu pelanggan Aetra di wilayah tersebut.

Di Bogor, warga kesulitan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Air Sungai Ciliwung yang menyusut membuat 1.600 saluran irigasi dan ribuan hektare sawah di Cibinong, Depok, dan Ciriung kering.

Ketinggian debit air Bendungan Katulampa kemarin siang hanya 24 sentimeter. Sedangkan ketinggian pintu air sungai berada di posisi 0 sentimeter. "Ada 1.600 saluran irigasi yang kekeringan saat ini. Debit air 1.500 meter kubik hanya cukup mengaliri sawah sampai Ciriung," kata penjaga pintu air di Bendung Katulampa, Andi Sudirman.

Andi mengatakan kekeringan yang terjadi di Sungai Ciliwung akibat tidak turunnya hujan selama satu bulan terakhir. Padahal ribuan hektare sawah di Cibinong dan Depok yang mengandalkan aliran irigasi dari Bendung Katulampa juga mengalami kekeringan.

Warga Kampung Bojong Koneng dan Kampung Ciberuem, Kabupaten Bogor,
kesulitan air untuk kebutuhan sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan, penduduk Kampung Bojong Koneng antre sepanjang 30 meter di peturasan umum untuk mendapatkan air bersih karena sudah tiga hari kesulitan air.

"Sampai sekarang belum ada bantuan dari pemerintah. Kami terpaksa minum dari air di MCK, karena sumur sudah kering semua," kata warga Kampung Bojong Koneng, Sumiati, 42 tahun.

Beberapa orang berebut mendapatkan air bersih. Sebagian memukul-mukul ember karena kesal, sebagian lainnya menangis karena sudah tak tahan akibat kekeringan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar