Jumat, 16 Desember 2011

Kata Punker Aceh: Banyak Yang Melanggar Syariat Islam Pelacur Menjamur Dimana-mana

BANDA ACEH, (TRIBUNEKOMPAS)
By: Leo.S.


- Salah seorang anak punk Aceh, Juanda S, mempertanyakan sikap pemerintah dan polisi yang menangkap mereka dan kemudian dibina di Sekolah Polisi Negara (SPN) Seulawah, Aceh Besar.

“Kalau sikap pemerintah dan polisi itu mendidik kami, kenapa mesti ke SPN. Semua orang kan tahu bagaimana di sana,” ujarnya Jumat, 16/12.

Pada akhir pekan lalu, sekitar 65 anak punk ditangkap polisi saat menggelar konser di Taman Budaya, Banda Aceh. Mereka kemudian ditahan dibawa ke Sekolah Polisi Negara (SPN) Seulawah, Aceh Besar, untuk dibina. Di sana mereka dibina dan awal pembinaan dengan menceburkan mereka ke kolam. Rambut ala Mohawk mereka juga dicukur plontos dan yang perempuan dipotong pendek, ala polisi wanita.

Menurut Juanda, kalau komunitas punker Aceh mau dididik dan dibina, harusnya oleh dinas sosial atau dititipkan ke panti asuhan. Ia mempertanyakan mengapa pemerintah tidak ngomong baik-baik kepada mereka. “Kesalahan kami yang berat apa? Kami tidak mencuri dan merampok,” ujar Juanda.

Juanda menilai mereka dituduh seakan-akan telah melanggar hukum yang sangat parah dan dituduh melecehkan syariat Islam di Aceh. Padahal banyak yang tahu, di Aceh juga banyak pelanggaran syariat dan pelacur menjamur di mana-mana. “Kenapa yang itu seakan dibiarkan saja.”

“Kalau kemudian dikatakan kami yang bertato melanggar syariat, mana qanun (perda) yang melarang tato di Aceh. Tidak ada aturan tersebut. Penangkapan terhadap kami juga sangat semena-mena,” katanya.

Juanda yang bernama alias Lowbat di kalangan punker Aceh mengaku lolos dari penangkapan yang dilakukan polisi pada konser yang mereka adakan Sabtu malam pekan lalu. “Saya lolos karena curiga ketika banyak warga dan polisi di acara konser kami. Saya kemudian keluar arena memakai helm, dan menunggu di luar lokasi,” ujarnya.

Saat itulah dia menyaksikan anak-anak punk ditangkap, ditarik secara membabi buta. Lalu kemudian ditahan sampai dibawa untuk dibina di sekolah polisi selama sepuluh hari.

Dia mengakui sedang mencari dukungan untuk punker Aceh. “Aku sebenarnya ingin menjenguk kawan-kawan di sekolah polisi itu bang, tapi aku khawatir ditangkap juga,” kata Juanda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar