Rabu, 05 Oktober 2011

Nasib Apple Sepeninggal Steve Jobs

NEW YORK, (Tribunekompas)
By: Tommy.


- Banyak orang bertanya bagaimana masa depan Apple Inc, setelah salah satu pendirinya, Steve Jobs, meninggal pada Kamis dini hari, 6 Oktober 2011. Surat kabar the Daily Telegraph menulis saham perusahaan teknologi raksasa itu bakal mendapat tekanan saat dibuka di Bursa New York hari ini.

Menurut Mark Gongloff dalam blognya, MarketBeat di The Wall Street Journal mengatakan, “kematian Steve Jobs tidak banyak berpengaruh terhadap harga saham Apple karena para investor sudah berduka setelah ia mundur sebagai CEO Apple Agustus lalu.”

Meski begitu, ia mengakui betapa besar pengaruh Steve Jobs buat Apple. “Steve Jobs telah meningkatkan nilai saham Apple lebih dari seratus kali lipat. Reputasi yang dia bangun tak ternilai harganya,” kata Gingloff.

Pengamat industri Erob Erle menyebut Steve Jobs sebagai ikon Apple. “Apple tanpa Jobs seperti Disney tanpa Walt.”

Apple pernah hampir bangkrut ketika Steve Jobs meninggalkan posisinya di perusahaan itu pada 1985. Saham perusahaan itu langsung ambruk ke nilai US$ 1,98, di bawah nilai pemecahan saham yang ditetapkan.

Satu dekade kemudian, ia balik lagi dan memimpin kerja keras untuk menjadikan Apple sebagai perusahaan terbesar di dunia setelah mengambil alih saham ExxonMobil awal tahun ini.

Kerja keras itu bisa dilihat dari betapa terpuruknya nilai saham Apple saat itu. Ketika Steve Jobs memimpin lagi pada 20 Desember 1996, saham Apple menukik ke US$ 5,88. Setahun berikutnya, terjun bebas hingga hampir menyentuh US$ 3 per lembarnya. Saat penggunaan Internet mencapai puncak pada 2000, saham Apple meroket sepuluh kali. Setelah itu turun menjadi US$ 7.

Ketika Steve Jobs keluar dari Apple, akhir Agustus lalu, saham perusahaan berlambang apel bekas gigitan itu naik ke US$ 376,18. Saat peluncuran produk baru iPhone 4S, saham Apple ditutup pada posisi US$ 378,25.

Gene Munster, seorang pengamat veteran Apple, memperkirakan kondisi perusahaan itu akan tetap membaik dalam dua tahun mendatang. “Apple akan tetap seperti itu jika bisa menciptakan hal besar setelah itu.”

Keyakinan serupa juga dilontarkan Michael Gartenberg dari Gartner. “Apple selalu menjadi sebuah perusahaan transisi,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar